Rabu, 07 Maret 2012

Humor Madura

Orang Madura dan Polisi






Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.

Ceritanya, ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak.

“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini,” bentak Pak polisi.

“Oh saya melihat Pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.

“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” bentak Pak polisi lagi.

“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.
Bagikan

Kamis, 01 Maret 2012

Ayo Menulis Lagi

Rasanya sudah cukup lama tidak nulis. Kangen juga rasanya. Dulu pernah berobsesi jadi penulis besar, tapi itu semua tinggal angan-angan. Kesibukan serasa menyandera waktuku, sehingga sering tak punya waktu untuk menulis.

Melalui media Blog ini, ingin rasanya memanfaatkannya sebagai media untuk menuangkan berbagai ide dan pemikiran. Tapi, apa sanggup untuk kembali produktif menulis. Menulis tentang apa saja, tentang Madura, tentang dunia pendidikan, hiburan, olahraga, dan apa saja yang berseliweran dalam ruang pikiranku.

Berbagai peritiwa, begitu mudah disaksikan namun tak cukup waktu untuk menganalisanya sehingga bila terpaksa harus ditulis dalam sebuah tulisan menjadi tidak yakin akan menjadi tulisan yang berbobot. Tapi, aku harus segera kembali membangun kepekaan menulisku, jika tidak maka akan menjadi kaku dan susah untuk memulainya.

Mulai hari ini, aku harus merutinkan tradisi nulis ini, mau ada yang membaca atau tidak, terserah. Aku akan memulainya dengan sebuah tulisan :

Kamal, tanpa UTM akan menjadi kota mati
Setelah Jembatan Suramadu diresmikan, praktis pelabuhan Kamal- Bangkalan, kehilangan gairahnya. Pengguna pelabuhan itu menurun tajam. Pengguna jasa penyeberangan lebih memilih Jembatan Suramadu, karena ongkosnya lebih murah dan tidak perlu antri.

Untung kota Kamal, masih punya Universitas Trunojoyo Madura (UTM), kalau tidak matilah kecamatan ujung selatan Bangkalan itu. Karena masih punya UTM, Kamal masih dikunjungi orang..... Bagikan

Sabtu, 21 Januari 2012

Peribahasa Madura

Peribahasa merupakan sebuah warisan budaya Indonesia yang memperkaya khasanah kebudayaan tanah air ini. termasuk peribahasa Madura. berikut beberapa peribahasa Madura (Cak Ocak) di bawah ini:
Aeng sondeng nandha’agi dalemma lembung
Orang yang pendiam biasanya banyak ilmu
Agandhu’ kotoran
Mempunyai niat buruk terhadap orang lain, atau dengan kata lain bermanis muka dengan maksud buruk
Ajam menta sasengnget
Mencelakai diri sendiri
Aotang dhara nyerra dhara
Hutang nyawa dibayar dengan nyawa
Asel ta’ adhina asal
Meski kaya tetapi tetap bersahaja dalam bersikap
Atembang poteh matah, lebbi bagus poteh tolang
Dari pada malu lebih baik mati
Basa gambaranna budhi
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari caranya berbicara
Basa nantowagi bangsa
Bahasa menunjukkan bangsa
Bibirra nolak, atena mellak
Malu malu kucing atau hanya menolak di bibir saja, tetapi sebenarnya dia mau
Caca pasaran
Bicara tidak tahu aturan atau kabar burung
Dhapor daddi romma
Menggambarkan tentang seseorang yang semula kaya raya, namun kemudian jatuh miskin.
Dhung tedhung ajam
Tidur-tiduran
Epeol kene’
Diulang-ulang, sampai bosan mendengarnya
Konye’ gunong
Seadanya (seperti suguhan)’ Contoh: Eatore, konye’ gunong = Silahkan dimakan, seadanya ..
Lebbi bagus pote tolang katembang pote matah
Lebih baik mati daripada menanggung malu
Meltas manjalin
Cara berjalan yang sangat indah (wanita)
Mesken arta sogi ate
Biar miskin harta, tetapi tetap kaya hatinya
Sorem arena
Mengalami kesusahan atau Sedang menghadapi masalah
Tadha aeng agili ka olo
· Tidak ada orangtua yang minta ke anaknya
· Watak anak tidaklah berbeda dengan orangtuanya
Aeng sondeng nandha’agi dalemma lembung
Orang yang pendiam biasanya banyak ilmu
Agandhu’ kotoran
Mempunyai niat buruk terhadap orang lain, atau dengan kata lain bermanis muka dengan maksud buruk
Ajam menta sasengnget
Mencelakai diri sendiri
Aotang dhara nyerra dhara
Hutang nyawa dibayar dengan nyawa
Asel ta’ adhina asal
Meski kaya tetapi tetap bersahaja dalam bersikap
Atembang poteh matah, lebbi bagus poteh tolang
Dari pada malu lebih baik mati
Basa gambaranna budhi
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari caranya berbicara
Basa nantowagi bangsa
Bahasa menunjukkan bangsa
Bibirra nolak, atena mellak
Malu malu kucing atau hanya menolak di bibir saja, tetapi sebenarnya dia mau
Caca pasaran
Bicara tidak tahu aturan atau kabar burung
Dhapor daddi romma
Menggambarkan tentang seseorang yang semula kaya raya, namun kemudian jatuh miskin.
Dhung tedhung ajam
Tidur-tiduran
Epeol kene’
Diulang-ulang, sampai bosan mendengarnya
Konye’ gunong
Seadanya (seperti suguhan)’ Contoh: Eatore, konye’ gunong = Silahkan dimakan, seadanya ..
Lebbi bagus pote tolang katembang pote matah
Lebih baik mati daripada menanggung malu
Meltas manjalin
Cara berjalan yang sangat indah (wanita)
Mesken arta sogi ate
Biar miskin harta, tetapi tetap kaya hatinya
Sorem arena
Mengalami kesusahan atau Sedang menghadapi masalah
Tadha aeng agili ka olo
Tidak ada orangtua yang minta ke anaknya
Watak anak tidaklah berbeda dengan orangtuanya
Mungkin itu sebagian peribahasa madura, semoga bisa memberikan manfaat.
disusun dari beberapa sumber Bagikan

Suhaimi Salam: Lewat Jokotole Sebarkan Silat ke Manca Negara


Daerah Kamal di Kabupaten Bangkalan menjadi semakin sepi setelah sebagian besar arus transportasi melalui feri Ujung-Kamal beralih lewat Jembatan Suramadu. Namun, dari sisi barat Pulau Madura inilah ribuan pendekar pencak silat besutan Suhaimi Salam bermunculan.
Dalam prestasi pencak silat, atlet asal Kamal, tidak bisa dipandang sebelah mata. Kamal telah menelurkan ratusan gelar juara pencak silat tingkat regional, nasional, dan internasional. Prestasi pencak silat Kamal terwujud lewat keberadaan Perguruan Pencak Silat Jokotole atau PPS Jokotole yang berdiri pada 21 Maret 1976. PPS Jokotole yang dipelopori oleh pria kelahiran Kamal pada 4 Agustus 1952 ini telah berkembang hingga memiliki sekitar 30.000 murid.
Dengan berbekal rasa kekerabatan, PPS Jokotole asuhan Suhaimi itu memiliki 16 kepengurusan daerah (pengda) di 16 provinsi se-Indonesia. Semua pengda membawahi 66 cabang, baik di kabupaten maupun kota. Bahkan, mulai tahun 1984 muncul perwakilan istimewa (perwis) PPS Jokotole di Belanda yang tersebar di empat cabang.
Suhaimi bercerita, tumbuhnya perwis PPS Jokotole di Belanda bermula dari upaya Gubernur Jawa Timur periode 1967-1976 Moehammad Noer. Tahun 1980 Noer memperkenalkan budaya Jatim lewat silat madura yang dikemas dalam film dokumenter kepada Duta Besar Perancis.
Film dokumenter tentang pencak silat madura itu kemudian dibawa Noer ke berbagai negara di Eropa. Dari melihat film dokumenter itu, 13 pemuda setempat rupanya terpicu ketertarikannya untuk menelusuri lebih lanjut tentang pencak silat madura.
Tahun 1982, sebanyak 13 pemuda Eropa datang ke Kamal, Bangkalan, untuk membuktikan keberadaan PPS Jokotole. Setelah itu, pada tahun 1984, salah satu peserta asal Belanda, Glen Pennock, datang kembali ke Kamal. Kali ini dia berguru pencak silat kepada Suhaimi.
Pennock-lah yang kemudian membuka perwakilan pencak silat di negaranya hingga memiliki 640 murid. Tahun 2002 Pennock pindah ke Amerika Serikat. Di sini dia juga membuka cabang PPS Jokotole di Chicago dan New York.
Tahun 2005, dibuka pula perwakilan PPS Jokotole di Selangor dan Kuala Lumpur, Malaysia, yang dimotori Muntazar, tenaga kerja Indonesia asal Bangkalan.
”Selama ini kami tidak pernah melakukan promosi apa pun. Siapa pun yang datang ke sini (PPS Jokotole) untuk mendaftar, pasti kami terima,” kata Suhaimi.
Selama ini, semua perkembangan terkait dengan pencak silat madura tersebut terkomunikasikan dengan PPS Jokotole di Kamal, Bangkalan, lewat surat elektronik.
”Website kami memang tidak punya. Justru perwis kami yang berada di Belanda memiliki website, yaitu www.jokotole.nl,” ujar Suhaimi.
Berbagai kejuaraan
Sejak berdiri tahun 1976 hingga sekarang, PPS Jokotole setidaknya telah menyabet 520 gelar juara pertama, kedua, ataupun ketiga untuk tingkat regional, nasional, hingga internasional. Jika seluruh prestasi dihitung, PPS Jokotole telah mengumpulkan ribuan tanda prestasi dengan berbagai bentuk, mulai dari piala, medali, hingga piagam penghargaan. Perjalanan selama puluhan tahun dengan segudang prestasi itulah rupanya yang membuat nama PPS Jokotole menjadi tak asing dalam wadah Ikatan Pencak Silat Indonesia .
Seluruh prestasi PPS Jokotole itu tidak lepas dari besutan ”tangan dingin” Suhaimi Salam. Pria itu sejak berusia muda telah meraih segudang penghargaan dalam berbagai kejuaraan.
Dalam kurun waktu antara tahun 1966 dan 1976, Suhaimi berturut-turut menyabet gelar juara pertama dalam berbagai kejuaraan pencak silat tingkat regional dan nasional, antara lain Juara 1 Kejuaraan Pencak Silat Seni Bangkalan (1966, 1967, 1968, 1970), Juara 1 Sabung Bebas se-Madura (1973), Juara 1 Pencak Silat Olahraga di Semarang (1975) dan Jakarta (1976), Juara 1 Pencak Silat PON ke-4 di Jakarta (1977), dan Juara 1 Pencak Silat Invitasi Tiga Negara di Singapura (1980). Prestasi Suhaimi kemudian mencapai puncaknya ketika dia meraih juara pertama pada kejuaraan dunia pencak silat seni di Vienna, Austria, tahun 1986.
Kepiawaian Suhaimi dalam pencak silat juga terukir dari ”kegilaannya” berguru ilmu silat di berbagai tempat. Dengan berlandaskan ilmu silat tradisional madura, dia kemudian mendalami ilmu pencak silat dari berbagai daerah lain di luar Madura.
Suhaimi kemudian memadukan pencak silat madura dengan ilmu silat dari tempat lain, seperti silat bawean, silat padang, silat melayu, silat gorontalo, hingga silat sunda. Inilah rupanya yang membuat pengajaran pencak silat di PPS Jokotole memiliki ciri khas tersendiri.
Ditanggung bersama
Untuk menghidupi organisasi, PPS Jokotole tidak memiliki sumber dana khusus. Berjalannya perguruan yang mengambil nama salah seorang pahlawan Madura pada zaman Majapahit ini hanya mengandalkan sumbangsih sukarela dari para mantan murid perguruan.
”Kami tidak menarik iuran sepeser pun dari anggota. Sekarang ini, minat anak muda pada pencak silat semakin hilang. Jika mereka masih harus membayar, tidak ada yang mau datang ke perguruan,” kata Suhaimi, yang sejak masih kanak-kanak tertarik pada pencak silat.
Sebagai organisasi yang menyumbang segudang prestasi di tingkat nasional ataupun internasional, PPS Jokotole pun tidak pernah mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Namun, roda organisasi perguruan pencak silat itu bisa terus bergulir. Meski berbekal anggaran yang minim, para murid PPS Jokotole tidak keberatan untuk memberi pelajaran ekstrakurikuler pencak silat di beberapa sekolah di sekitar Madura, bahkan sampai Surabaya.
Suhaimi berharap, lewat pengajaran di sekolah-sekolah itulah pencak silat akan kembali diminati orang, terutama kaum muda. Di sisi lain, kaum muda di Kecamatan Kamal pun relatif sulit diharapkan tertarik pencak silat karena sebagian dari mereka harus keluar dari Kamal guna melanjutkan pendidikan formal.
Oleh karena itulah, pria yang hanya mengecap pendidikan SD Kamal dan Sekolah Teknik Kamal (tidak tamat) ini pun berangan-angan untuk mendirikan sekolah menengah atas yang di Kecamatan Kamal jumlahnya sangat terbatas.
”Di Kamal sudah ada empat sekolah menengah pertama, tetapi hanya ada satu sekolah menengah atas. Jadi, anak muda Kamal yang mau melanjutkan pendidikan formalnya harus keluar dari Kamal, bahkan mereka sampai harus melanjutkan ke SMA di Surabaya,” tutur bapak empat anak ini prihatin.
Sumber: Kompas Bagikan