Rabu, 11 Desember 2013

Raja Madura yang Jadi Inspirasi Perjuangan Mandela

ASTABRATA – Siapa yang tidak mengenal Nelson Madela? Mantan presiden Afrika Selaran periode 1994 hingga 1999 ini dikenal sebagai tokoh anti apartheid di negerinya. Untuk memperjuangkan hak-hak bangsa kulit hitam di negerinya, dia bahkan rela dipenjara selama 29 tahun oleh rejim apartheid.
Sehingga tidak heran kabar wafatnya Nelson Mandela pada 5 Desember 2013 lalu menjadi kabar duka, bukan hanya bagi rakyat Afrika Selatan, melainkan juga seluruh masyarakat dunia. Perjuangan tak kenal lelah memegang teguh prinsipnya menjadi inspirasi bagi banyak pihak.
Namun siapa nyana jika perjuangan tak kenal lelah Mandela salah satunya karena terinsipirasi perjuangan raja ternama asal Madura. Bagaimana kisahnya? Kisah ini didapat mantan menteri hukum dan HAM RI, Yusril Ihza Mahendra saat mengunjungi pulau Robin, tempat di mana Mandela dipenjara oleh rejim apartheid.
“Ketika saya mendarat di pulau Robin, persis di depan gerbang penjara ada sebuah kuburan yang dikeramatkan oleh kaum Muslimin di sana. Seorang jemaah bertanya pada saya apakah saya orang Indonesia. Saya jawab, “Ya!” tulis Yusril di akun twitternya.
“Orang itu pun bercerita ketika Mandela dibebaskan dari penjara, dia mengunjungi makam keramat ini. Mandela kemudian berkata: ‘Apalah artinya saya dipenjara selama 29 tahun di pulau ini, dibandingkan orang ini,’ kata Mandela sambil menunjuk ke makam keramat itu.”
“Saya tidak tahu dari mana asalnya. Tapi tampaknya dia seorang pejuang yang begitu dihormati di negerinya. Orang ini dipenjarakan penjajah hingga dia mati di pulau ini. Dia tak pernah pulang ke negerinya,” kata sang jemaah menirukan perkataan Mandela saat itu.
Mendengar cerita itu, Yusril tertegun dan masuk ke makam keramat itu. Di dinding makam ada tulisan berbahasa Inggris yang berbunyi: “the grave of Shaikh Mathura, the first man who reading the Holy Qur’an in South Africa.”
Dari beberapa literatur yang ada di Capetown, diketahui jika makam keramat tersebut merupakan makam Shaikh Mathura (Madura) atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Cakraningrat IV asal Madura.
Mengenal Sosok Shaikh Mathura atau Cakraningrat IV
Pangeran Cakraningrat IV merupakan raja Madura Barat yang bertahta dari tahun 1718 hingga 1746 Masehi. Cakraningrat berseteru dengan penjajah Belanda di bawah bendera dagang VOC karena menolak memberikan upeti.
VOC coba melakukan perundingan dengan Ckraningrat IV pada Juli 1744. Tapi permintaan VOC ditolak Cakraningrat IV. Akhirnya pada Februari 1745 VOC menyatakan Cakraningrat telah melakukan pemberontakan tehadap kekuasaan VOC di timur pulau Jawa.
Pasukan Cakraningrat IV sempat membuat kewalahan pasukan VOC yang menguasai Madura Timur. Tapi pasukan VOC tidak mampu menghalau serangan lanjutan dari VOC yang membuat Cakraningrat IV dan para pengawal kepercayaannya kabur ke Banjarmasin.
Sayang pelarian Cakraningrat IV di pulau Kalimantan berakhir. Karena ada pengkhianatan dari raja setempat yang menyerahkannya ke VOC. Setelah sempat dipenjara di Batavia (Jakarta saat ini), pada tahun 1746 Cakraningrat IV kemudian diasingkan dengan dibuang ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Sumber: http://astabrata.com/
Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar