Sabtu, 12 Mei 2012

Permainan Anak Madura

 
Tadi pagi saat menyaksikan televisi yang menayangkan permainan anak Jawa, saya jadi teringat masa kecil. Saat permainan bernuansa elektronik masih jarang dijumpai, permainan anak yang mengandalkan fisik jadi idola anak saat masa kecil saya. Saat anak-anak sebaya saya belum mengenal play station (PS), game on online, dan sebangsanya, hari-hari luang kami habiskan dengan bermain.

Aneka permainan anak, kami mainkan secara bergantian sampai bosan. Ada permainan benteng, slodor, tanjan, cape', boi, rem erreman, cang leh, dekoh, rem tabeng, pentheng, dan ada beberapa permainan yang lain yang saya lupa namanya. Mungkin diantara beberapa permainan tadi masih dimainkan oleh anak-anak Madura, khususnya di Bangkalan. Tapi, bagi anak-anak Madura yang tinggal di pemukiman yang padat dan ruang bermain semakin sempit, kemungkinan permainan itu sudah tidak dikenal lagi oleh anak-anak sekarang.

Saya tidak tahu, apakah ada pemerhati budaya yang dengan tekun menginvetarisir berbagai permainan anak Madura sebagai kekayaan budaya bangsa. Karena jika tidak ada yang perduli akan itu, maka bisa dipastikan permainan anak tersebut akan punah ditelan waktu.

Permainan anak jaman dahulu, yang kental dengan gerak fisik, harus terus dilestarikan. Hal ini bertujuan untuk mengimbangi permainan anak modern yang cenderung minim kegiatan fisik dan lebih dominan bersifat individual. Penumbuhan jiwa kerjasama secara kolektif menjadi ciri khas pemainan-permainan anak jaman dahulu.

Perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari, demikian juga dengan tumbuhnya jenis permainan anak masa kini yang lebih didominasi oleh rekayasa teknologi. Permainan anak jaman sekarang lebih banyak yang mempermainkan imajinasi anak ketimbang menggerakkan fisik anak. Misalnya, anak berimajinasi sedang bermain bola dalam permainan PS, atau anak berimajinasi berperang dalam permainan game online Point Blank.

Saya khawatir, dominannya jenis permainan yang bernuansa teknologi pada permainan anak jaman sekarang akan mencetak anak-anak masa depan yang lebih suka berimajinasi dan jiwa sosialnya tidak tumbuh. Madura pasca peresmian jembatan Suramadu akan terus tumbuh menjadi kawasan industri baru. Pola hidup masyarakat Madura pun akan bergeser ke pola masyarakat industri. Pada masyarakat yang berpola pada masyarakat industri, sesuatu yang bernuansa tradisional akan semakin ditinggalkan. Demikian juga pada pola permainan anak Madura, akan cenderung bergeser ke jenis permaian yang berbau "iptek", seperti game online, PS, dan permainan sejenis.

Akhirnya, ketika perubahan jaman menjadi suatu keniscayaan, maka tugas kita adalah menjaga akar-akar budaya agar terus lestari. Memberikan ruang terbuka yang lebih banyak kepada anak-anak, khususnya di daerah perkotaan di Madura adalah sebagian usaha terus melestarikan permainan anak tradisional.
Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar